

Aplikasi Anti Kekerasan Berbasis Geospasial Buatan Malaysia Diakui Dunia Lewat WSIS Prizes 2025
Malaysia menunjukkan keunggulannya dalam inovasi digital berbasis kemanusiaan melalui aplikasi Penang Stop Violence (PSV). Aplikasi ini berhasil meraih penghargaan bergengsi WSIS Prizes Champions 2025 dalam ajang World Summit on the Information Society (WSIS) di Jenewa, Swiss. Keberhasilan ini makin istimewa karena PSV bersaing dengan lebih dari 970 inisiatif dari seluruh dunia.
Keberhasilan PSV diakui oleh komunitas internasional melalui ajang WSIS 2025 yang diselenggarakan oleh International Telecommunication Union (ITU). Dalam forum tersebut, PSV dinobatkan sebagai Champion dalam kategori “Ethical Dimensions of the Information Society”. Penghargaan ini tidak hanya menyoroti aspek teknologinya, tetapi juga etika digital, perlindungan privasi pelapor, dan dampak sosialnya terhadap masyarakat. PSV dinilai sebagai contoh konkret bagaimana teknologi informasi dapat digunakan untuk memberdayakan masyarakat dan mencegah kekerasan secara partisipatif dan aman. Penang juga menjadi satu-satunya wilayah di Asia Tenggara yang menerima penghargaan tertinggi dalam kategori ini.
Kemenangan ini menjadi bukti kuat bahwa transformasi digital dapat menjadi alat efektif dalam membangun masyarakat yang etis, inklusif, dan berperikemanusiaan. PSV pertama kali dikembangkan pada tahun 2021, yang merupakan hasil kolaborasi antara Penang Women’s Development Corporation (PWDC), Unit Penang Geospatial Intelligence System (PeGIS), dan Bahagian Teknologi Maklumat dan Komunikasi Negeri (BTMKN). Ini adalah penghargaan internasional kedua setelah aplikasi ini sebelumnya meraih Geospatial World Excellence Award 2022 di Amsterdam.
Hal yang membedakan PSV dari aplikasi pelaporan kekerasan lainnya adalah pendekatannya yang berbasis geospasial. Dengan memanfaatkan sistem informasi geografis (SIG), PSV memungkinkan masyarakat untuk melaporkan insiden kekerasan secara real-time lengkap dengan lokasi kejadian. Data spasial ini kemudian dipetakan dan dianalisis oleh pihak berwenang, yang memungkinkan intervensi cepat dan berbasis lokasi. Fitur ini sangat berguna untuk mengidentifikasi pola kekerasan, wilayah rawan, serta perencanaan program perlindungan yang lebih tepat sasaran. Selain itu, pengguna aplikasi juga dapat mengunggah bukti visual dan mengakses layanan pendampingan baik hukum maupun psikologis secara daring.
Pelajaran Berharga dari Negeri Tetangga
Keberhasilan Malaysia melalui PSV seharusnya menjadi inspirasi bagi Indonesia. Berdasarkan data Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), sepanjang tahun 2024 tercatat sebanyak 445.502 laporan kasus kekerasan terhadap perempuan, meningkat sekitar 10 persen dibanding tahun sebelumnya. Lonjakan ini menunjukkan bahwa kekerasan terhadap perempuan masih menjadi persoalan serius di Indonesia, dan sistem pelaporan konvensional belum mampu menjawab tantangan yang ada.
Dalam konteks ini, Indonesia memiliki kebutuhan mendesak untuk mengadopsi model seperti PSV, yang menggabungkan kolaborasi antarlembaga, penggunaan teknologi geospasial, serta sistem pelaporan yang aman dan terintegrasi. Dengan penetrasi internet dan penggunaan smartphone yang terus meningkat di Indonesia, pengembangan aplikasi serupa sangat mungkin dilakukan dan berpotensi menjadi alat transformatif dalam menangani kekerasan.
Melalui pendekatan teknologi yang berpihak pada korban, masyarakat didorong untuk lebih berani melapor tanpa rasa takut atau stigma. Aplikasi seperti PSV tidak hanya menghadirkan inovasi teknis, tetapi juga menjadi pernyataan kuat bahwa teknologi harus digunakan untuk melindungi yang rentan dan memperkuat keadilan sosial. Indonesia tidak kekurangan sumber daya untuk membuat terobosan serupa. Hal penting yang dibutuhkan adalah komitmen serius dari pemerintah, lembaga perlindungan perempuan dan anak, serta sektor teknologi informasi untuk mewujudkannya.
Sumber: Akun X Penang Gov Portal, Metro TV