

Memanfaatkan Sistem Informasi Geografis Untuk Menangani Isu Kesehatan Mental, Mungkinkah?
Kesehatan mental telah menjadi isu yang semakin penting di tengah dinamika kehidupan modern, terutama di kawasan perkotaan. Dimana tekanan sosial, ekonomi, dan lingkungan seringkali mempengaruhi kesejahteraan psikologis individu.
Data terbaru menunjukkan bahwa Indonesia menghadapi tantangan serius dalam bidang kesehatan mental. Menurut laporan dari Kementerian Kesehatan, pada tahun 2023 terdapat sekitar 9,16 juta kasus depresi di Indonesia, dengan prevalensi sebesar 3,7% dari total populasi . Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dan menandakan bahwa masalah kesehatan mental semakin meluas di masyarakat.
Kondisi ini semakin mengkhawatirkan ketika melihat data dari survei nasional yang dilakukan oleh Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) pada tahun 2022. Survei tersebut mengungkapkan bahwa 1 dari 3 remaja Indonesia, atau sekitar 15,5 juta individu, mengalami masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir. Dari jumlah tersebut, hanya 2,6% yang pernah mengakses layanan dukungan atau konseling untuk masalah emosi dan perilaku
Lalu, apakah permasalah kesehatan mental ini mampu diuraikan dan ditanggulangi dampaknya dengan pemanfaatan teknologi geospasial?
Peran SIG dalam Kesehatan Mental
Sistem Informasi Geografis (SIG) menawarkan pendekatan inovatif dalam memahami dan menangani isu kesehatan mental. Dengan kemampuan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan memvisualisasikan data spasial, SIG dapat membantu mengidentifikasi pola dan tren yang berkaitan dengan kesehatan mental di berbagai wilayah.
Sebagai contoh, SIG dapat digunakan untuk memetakan distribusi fasilitas layanan kesehatan mental, mengidentifikasi daerah dengan tingkat stres tinggi, serta merencanakan kebijakan yang tepat sasaran. Dengan demikian, SIG memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih informasional dan berbasis data dalam upaya meningkatkan kesehatan mental masyarakat.
GreenZen dan MindMe Jadi Langkah Awal
Di Indonesia, sudah ada beberapa inisiatif pemanfaatan SIG untuk menangani isu kesehatan mental. Salah satunya adalah GreenZen, sebuah platform WebGIS yang dikembangkan oleh mahasiswa Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. GreenZen bertujuan untuk menghubungkan keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) dengan tingkat stres masyarakat di Jakarta. Melalui analisis spasial, GreenZen mengidentifikasi area dengan kebutuhan RTH yang tinggi dan menyediakan informasi bagi perencanaan kota yang lebih ramah kesehatan mental.
Inisiatif lain adalah MindMe, serupa dengan GreenZen, aplikasi ini juga berbasis WebGIS yang dikembangkan oleh mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. MindMe bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental dan menyediakan informasi tentang fasilitas layanan kesehatan mental yang tersedia. Platform ini membantu individu untuk menemukan bantuan yang mereka butuhkan dan mendorong komunitas untuk lebih peduli terhadap isu kesehatan mental.
Pemetaan ODGJ di Daerah
Selain itu SIG juga telah digunakan untuk memetakan keberadaan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di berbagai daerah. Di Kabupaten Timor Tengah Utara, sebuah sistem WebGIS dikembangkan untuk memetakan domisili ODGJ, yang menjelaskan informasi terkait kesehatan mental mereka, dan fasilitas layanan yang tersedia. Sistem ini membantu pemerintah dan masyarakat dalam mengawasi, melindungi, dan memberdayakan ODGJ, serta mempermudah pengelolaan data untuk bantuan dan pengobatan.
Demikian pula, di Kabupaten Ponorogo, SIG digunakan untuk memetakan sebaran pasien keterbelakangan mental. Sistem ini menampilkan data pasien secara detail, termasuk profil, tingkat kemampuan, lokasi, dan petunjuk arah menuju lokasi pasien. Informasi ini sangat berguna bagi dinas sosial dan dinas kesehatan dalam menangani pasien dan merencanakan intervensi yang diperlukan.
Peluang Besar Tantangan Tak Kalah Besar
Meskipun SIG menawarkan banyak manfaat dalam menangani isu kesehatan mental, terdapat beberapa tantangan yang perlu diatasi. Pengumpulan data yang akurat dan up-to-date menjadi kunci keberhasilan implementasi SIG. Selain itu, perlindungan data pribadi dan etika dalam penggunaan informasi kesehatan mental harus diperhatikan dengan serius.
Namun, peluang yang ditawarkan oleh SIG dalam bidang ini sangat besar. Dengan integrasi data spasial dan nonspasial, SIG dapat membantu dalam perencanaan kota yang lebih inklusif dan ramah kesehatan mental. Selain itu, SIG dapat digunakan untuk mengidentifikasi area dengan kebutuhan layanan kesehatan mental yang tinggi, sehingga intervensi dapat dilakukan secara lebih efektif dan efisien.
Menuju Kota yang Sehat Jiwa Lewat Teknologi Geospasial
Penggunaan Sistem Informasi Geografis dalam menangani isu kesehatan mental bukan hanya mungkin, tetapi juga sangat relevan dan bermanfaat. Melalui pemetaan dan analisis spasial, SIG dapat membantu memahami faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan mental, memetakan distribusi layanan, dan merencanakan intervensi yang tepat sasaran. Dengan demikian, integrasi SIG dalam kebijakan dan program kesehatan mental dapat menjadi langkah strategis menuju masyarakat yang lebih sehat secara psikologis.
Sumber: Kompasiana, Dinkes DIY, tirto.id, kemenpppa, UGM, techverse.asia, MJI