Default Title
logo spatial highlights
Kenali Terbentuknya Topan Ragasa yang Terjang Filipina hingga Tiongkok

Kenali Terbentuknya Topan Ragasa yang Terjang Filipina hingga Tiongkok

Topan Ragasa terus bergerak melintasi Asia Timur dengan dampak yang kian meluas. Setelah melanda Filipina bagian utara dengan kekuatan dahsyat, badai ke-18 tahun ini kini mengarah ke pesisir Provinsi Guangdong, Tiongkok. Otoritas di kawasan terdampak pun bersiaga penuh menghadapi potensi bencana besar yang diperkirakan terjadi pada 24 September.

Di Filipina, lebih dari 10.000 warga terpaksa mengungsi ke sekolah dan pusat evakuasi pada Senin, 22 September 2025, usai Topan Super Ragasa menghantam wilayah utara negara itu. Badai mendarat di Pulau Calayan, bagian dari Kepulauan Babuyan yang jarang berpenghuni, sekitar pukul 15.00 waktu setempat.

Dinas cuaca Filipina mencatat, hingga pukul 14.00, kecepatan angin maksimum mencapai 215 km/jam dengan hembusan hingga 295 km/jam. Kepala penanggulangan bencana Cagayan, Rueli Rapsing, menegaskan timnya bersiap menghadapi skenario terburuk. Presiden Ferdinand Marcos pun menyatakan pemerintah siaga penuh untuk menyalurkan bantuan kapan pun dibutuhkan.

Lembaga cuaca setempat juga memperingatkan ancaman banjir besar dan tanah longsor di Luzon utara, menambah kekhawatiran publik sehari setelah demonstrasi besar-besaran terkait skandal korupsi proyek pengendalian banjir.

Sementara itu, di Taiwan, Badan Meteorologi memprediksi curah hujan ekstrem di wilayah timur akibat radius badai yang mencapai 320 km. Sirkulasi angin Ragasa yang luas sudah mulai memengaruhi pulau tersebut, mendorong evakuasi warga di daerah pegunungan Pingtung karena risiko longsor.

Di Tiongkok, Shenzhen bersiap melakukan evakuasi besar-besaran terhadap 400.000 penduduk yang tinggal di daerah rawan banjir. Wang Changxiao, direktur departemen pencegahan bencana di Biro Manajemen Darurat Shenzhen, menegaskan langkah itu sebagai bagian dari strategi pemerintah kota menghadapi badai.

Media lokal melaporkan, layanan kereta cepat dan reguler di Guangdong akan dihentikan mulai 23 September pukul 08.00 waktu setempat, sementara seluruh layanan antarprovinsi akan berhenti total pada 24 September. Operasional baru akan dipulihkan secara bertahap mulai 25 September.

Baca juga: Dua Siklon Tropis Pengaruhi Hujan di Indonesia, Ini Dampaknya

Terbentuknya Topan Ragasa

Dalam terminologi meteorologi, topan merupakan badai tropis yang terbentuk di atas lautan hangat, terutama ketika suhu permukaan laut mencapai lebih dari 26–27 derajat Celsius. Kondisi ini memicu penguapan besar-besaran yang kemudian terkumpul menjadi awan-awan tebal.

Ketika udara lembap naik dan bertemu dengan angin berputar akibat efek rotasi bumi (Coriolis effect), terbentuklah sistem tekanan rendah yang berputar cepat. Jika energi yang terkumpul cukup besar, badai ini berkembang menjadi siklon tropis atau topan dengan kecepatan angin yang bisa melampaui 200 km/jam. Topan Ragasa sendiri terbentuk di Samudra Pasifik bagian barat, wilayah yang dikenal sebagai "pabrik topan" karena suhu lautnya yang hangat dan kelembapannya yang tinggi.

Karakteristik Ragasa menunjukkan gejala khas super typhoon, yaitu angin berkecepatan di atas 200 km/jam, radius sirkulasi luas hingga ratusan kilometer, serta potensi membawa hujan ekstrem dalam waktu singkat. Dengan radius 320 km, sistem badai ini mampu memengaruhi wilayah yang jauh dari pusatnya, sebagaimana terlihat di Taiwan yang sudah merasakan dampaknya meski pusat badai masih bergerak di sekitar Filipina.

Fenomena seperti Ragasa tidak berdiri sendiri. Para ahli iklim menilai bahwa pemanasan global dapat memperburuk intensitas badai tropis di masa depan. Suhu laut yang makin hangat berpotensi membuat badai terbentuk lebih cepat, bertahan lebih lama, dan melepaskan energi yang lebih besar. Ragasa menjadi salah satu contoh nyata bagaimana kombinasi faktor alam dan iklim global bisa menciptakan ancaman besar bagi jutaan orang di lintasan Pasifik.

+
+