

BIG Petakan Garis Pantai Kalimantan Selatan untuk Dorong Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus
Di era pembangunan yang makin pesat, keberadaan data geospasial yang akurat menjadi kunci dalam menjaga keseimbangan antara kebutuhan pembangunan dan kelestarian lingkungan. Kalimantan Selatan, dengan garis pantai yang panjang dan potensi ekonomi maritim yang besar, membutuhkan peta dasar yang tidak hanya memotret daratan, tetapi juga merekam detail wilayah lautnya. Di sinilah, Badan Informasi Geospasial (BIG) hadir dengan langkah strategis melalui survei pemetaan garis pantai dan batimetri.
BIG melalui Direktorat Pemetaan Rupabumi Wilayah Laut dan Pantai sedang melaksanakan survei batimetri, pemetaan garis pantai, serta pengumpulan nama rupabumi wilayah laut di Kalimantan Selatan. Kegiatan ini ditujukan untuk menghasilkan peta dasar rupa bumi Indonesia yang tidak hanya memetakan wilayah darat, tetapi juga terintegrasi dengan unsur laut dan pesisir.
Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar BIG, Mohamad Arief Syafii, menegaskan bahwa survei dilakukan secara swakelola oleh tim BIG dan kini memasuki tahap akhir. Berdasarkan keterangan di laman resmi BIG, survei ini dimulai sejak Juni 2025 dengan tiga komponen utama, yakni pengukuran garis pantai, pengumpulan nama rupabumi wilayah laut, serta survei batimetri. Hasilnya menunjukkan peningkatan signifikan jumlah nama rupabumi laut, dari 150 menjadi sekitar 300 unsur, atau naik hampir 200 persen.
Arief menjelaskan bahwa pembakuan nama rupabumi adalah kunci dalam memperkuat legalitas dan integrasi data geospasial. Nama-nama yang dikumpulkan akan ditelaah dan distandarkan sesuai kewenangan administrasi. Ia menekankan bahwa pembakuan tidak hanya berfungsi untuk keakuratan peta, tetapi juga memberi kepastian hukum sekaligus melestarikan identitas budaya lokal. Dengan demikian, data geospasial tidak hanya menjadi instrumen teknis, tetapi juga cermin sejarah dan kearifan masyarakat setempat.

Menuju Peta Terintegrasi Kalimantan Selatan
Kegiatan ini sejalan dengan kebutuhan pembangunan Kalimantan Selatan, yang tengah merencanakan proyek-proyek besar, seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mekar Putih, pembangunan kawasan industri, serta jembatan penghubung Kalimantan dan Pulau Laut. Untuk mendukung rencana tersebut, keberadaan peta dasar yang akurat menjadi fondasi penting agar pemanfaatan ruang tidak tumpang tindih.
Ketua pelaksana kegiatan, Herianto, menyebutkan bahwa survei meliputi pengukuran garis pantai sepanjang 195 kilometer, identifikasi 151 fitur geospasial, serta survei batimetri seluas 450 kilometer persegi di Selat Batulicin dan sekitar KEK Mekar Putih. Ia menyatakan bahwa data yang dihasilkan diharapkan dapat digunakan secara optimal untuk pengembangan wilayah dan perencanaan tata ruang.
Survei ini menjadi langkah strategis BIG dalam mendukung pembangunan nasional berbasis data geospasial yang akurat dan terpadu. Dalam satu hingga dua tahun mendatang, Kalimantan Selatan, khususnya Pulau Laut dan sekitarnya, ditargetkan memiliki peta rupa bumi terintegrasi darat-laut yang dapat dimanfaatkan lintas sektor. Dengan demikian, BIG memperkuat perannya sebagai tulang punggung penyedia data spasial untuk pembangunan yang berkelanjutan.
