Default Title
logo spatial highlights
Untuk Pertama Kalinya Nyamuk Terdeteksi di Islandia, Begini menurut Geospasial!

Untuk Pertama Kalinya Nyamuk Terdeteksi di Islandia, Begini menurut Geospasial!

Islandia selama ini dikenal sebagai salah satu dari dua wilayah di dunia yang bebas dari nyamuk, bersama Antarktika. Namun, hal itu kini berubah. Pasalnya untuk pertama kalinya, nyamuk berhasil terdeteksi di negara tersebut setelah Islandia mengalami musim semi dengan suhu terpanas dalam sejarahnya. Penemuan ini sontak menarik perhatian para ilmuwan dan pemerhati lingkungan karena menjadi bukti nyata bahwa perubahan iklim global mulai mengubah keseimbangan ekosistem di wilayah subarktik.

Dilansir dari BBC, penemuan ini bermula dari pengamatan seorang pecinta serangga, Bjorn Hjaltason, di lembah gletser Kjós yang terletak di barat daya ibu kota Reykjavik. Ia menemukan dua nyamuk betina dan satu jantan ketika sedang meneliti ngengat menggunakan tali yang direndam anggur merah. Setelah dikirim ke Icelandic Institute of Natural History, para ahli memastikan bahwa spesies tersebut adalah Culiseta annulata, salah satu jenis nyamuk yang mampu bertahan di suhu rendah.

Terbawa Manusia atau Alam yang Menua?

Secara geospasial, fenomena ini mencerminkan perubahan besar pada pola iklim Islandia. Data dari Icelandic Met Office menunjukkan bahwa pada Mei 2024, suhu di beberapa wilayah mencapai 26,6°C, rekor tertinggi yang pernah tercatat. Biasanya, suhu di bulan tersebut tidak lebih dari 15°C, dan jika terjadi gelombang panas, itu pun hanya berlangsung dua hingga tiga hari.

Namun tahun ini, suhu di atas 20°C bertahan hingga sepuluh hari berturut-turut. Lonjakan suhu ini menciptakan kondisi ideal bagi nyamuk untuk berkembang biak, terutama dengan meningkatnya genangan air dan vegetasi yang menjadi tempat hidup mereka. Dalam konteks analisis spasial, peningkatan suhu dan perubahan kelembapan berarti terbentuknya habitat baru di wilayah yang sebelumnya terlalu dingin untuk mendukung siklus hidup nyamuk.

Menurut peneliti serangga dari Natural Science Institute of Iceland, Matthías Alfreðsson, nyamuk tersebut bisa saja sampai ke Islandia melalui dua kemungkinan, perubahan iklim yang memungkinkan migrasi alami, atau terbawa lewat aktivitas manusia, seperti perdagangan internasional. Hjaltason menduga, serangga itu mungkin datang bersama kapal atau kontainer yang berlabuh di pelabuhan Grundartangi, hanya enam kilometer dari tempat ia menemukan nyamuk.

Jika benar, maka hal ini menunjukkan bahwa aktivitas manusia juga berperan dalam memperluas penyebaran spesies ke wilayah baru. Dari sudut pandang geospasial, pelabuhan dan bandara menjadi titik rawan penyebaran spesies asing yang perlu diawasi dengan pemetaan berbasis lokasi dan perubahan lingkungan.

Saatnya Manusia Melakukan Refleksi Lingkungan

Kehadiran nyamuk di Islandia menjadi sinyal penting bagi dunia sains. Studi dari Global Heat Health Information Network menyebut bahwa peningkatan suhu ekstrem dapat berdampak besar pada ekosistem yang sensitif terhadap perubahan lingkungan. Islandia kini menjadi contoh nyata bagaimana pemanasan global dapat membawa spesies baru ke wilayah yang sebelumnya tak terjangkau.

Para ahli berencana memantau kembali pada musim semi mendatang untuk memastikan apakah nyamuk ini benar-benar telah menetap di sana. Jika iya, maka kehadiran serangga kecil ini bisa menjadi bukti besar bahwa perubahan iklim tidak hanya soal suhu, tetapi juga tentang bagaimana bumi kita terus menata ulang peta kehidupannya.

+
+