

Pakistan Gandeng PBB untuk Pemanfaatan Teknologi Geospasial dalam Penanggulangan Bencana Banjir
Banjir besar yang kembali melanda Pakistan tidak hanya memporak-porandakan kehidupan masyarakat, tetapi juga menantang kapasitas pemerintah dalam merespons bencana secara cepat dan terarah. Kerusakan lahan pertanian, infrastruktur, serta ancaman krisis pangan menjadi sorotan utama. Dalam konteks inilah, teknologi geospasial hadir sebagai instrumen penting, bukan sekadar untuk memetakan genangan air, melainkan juga untuk membaca dampak sosial-ekonomi yang ditinggalkan banjir.
Dilansir dari Profit, Kementerian Ketahanan Pangan dan Riset Nasional Pakistan bekerja sama dengan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB untuk memimpin penanggulangan berbasis geospasial berskala nasional. Melalui pendekatan berbasis data spasial, kerugian pada lahan pertanian dapat dihitung secara presisi. Strategi pemulihan yang dihasilkan tidak lagi bersifat umum, melainkan menyasar wilayah dan sektor yang paling terdampak.
Dalam praktiknya, pemanfaatan citra satelit resolusi tinggi dipadukan dengan basis data tanaman khas Pakistan memungkinkan perkiraan detail terhadap luas lahan dan jenis tanaman yang terdampak. Pendekatan ini memperlihatkan pergeseran cara pandang. Tidak sekadar menghitung kerugian makro, kini pemerintah dapat mengidentifikasi kebutuhan spesifik di setiap distrik. Dengan demikian, distribusi bantuan, perencanaan tanam ulang, hingga intervensi ekonomi dapat dilakukan secara lebih efektif dan tepat sasaran.
UNOCHA melaporkan bahwa Rapid Needs Assessments (RNA) hampir selesai di delapan distrik Punjab, antara lain Sialkot, Muzaffargarh, Kasur, Multan, Bahawalpur, Chiniot, Narowal, dan Jhang. Selain itu, lima distrik lain, seperti Okara, Bahawalnagar, Hafizabad, dan Gujrat, juga mulai dipetakan. Data yang terkumpul akan menjadi dasar pemetaan spasial mengenai kondisi sosial-ekonomi masyarakat terdampak, mulai dari akses pangan hingga kerentanan kesehatan.
Upaya mitigasi ini tidak hanya ditopang oleh teknologi, tetapi juga oleh aliran dukungan finansial. Dana tambahan sebesar USD 500.000 dari Asia and Pacific Humanitarian Fund (APHF) dialokasikan untuk memperkuat mitra kemanusiaan di Punjab. Sementara itu, UN Central Emergency Response Fund (CERF) menyalurkan USD 5 juta untuk penyediaan air bersih, makanan, tempat tinggal, perlengkapan kebersihan, jaring nyamuk, bantuan tunai bagi layanan kesehatan, serta dukungan psikologis. Dana ini melengkapi USD 250.000 yang sebelumnya disalurkan APHF untuk intervensi di Khyber Pakhtunkhwa.
Meski ada aliran bantuan, UNOCHA menegaskan bahwa banyak lembaga PBB dan NGO telah hampir kehabisan sumber daya. Pakistan Humanitarian Fund pun membutuhkan tambahan dana untuk menutup kesenjangan intervensi. Situasi ini menunjukkan bahwa teknologi geospasial hanya bisa mencapai manfaat optimal bila didukung keberlanjutan pendanaan karena data presisi saja tidak cukup tanpa kemampuan untuk menindaklanjuti rekomendasi yang dihasilkan.
